Episode 5: S.R.M.H
Masih Arti Hadirmu.
Tak terasa Ujian Nasional
akan segera datang. Kami para siswa sudah mempersiapkan sebelum berperang.
Berbagai macam usaha kami lakukan contohnya kami mengadakan trobosan atau
belajar tambahan setiap pulang sekolah.
Untuk jadwal, kami akan
trobosan empat kali seminggu. Yang mana satu hari akan membahas satu mata
pelajaran. Jadwal kelasku sama dengan jadwal kelasnya Ayi. Jadi tidak terlalu
repot harus menjemputnya kembali. Tapi untuk pelajaran kejuruan kami berbeda
hari. Dia hari Sabtu sedangkan aku hari Kamis.
Soal hubunganku dengan
Ayi. Yah berjalan begitu saja. Komunikasi kami lebih sering melalui bbm. Kalau
di sekolah jarang komunikasi. Aku berubah pikiran. Setelah kejadian kemaren
sore itu aku tidak tahu harus berkata apa. Kata-kata itu tidak seharusnya
keluar.
Berbaring di kasur sambil
memejamkan mata memikirkan kata-kata tadi sore yang aku katakana “Ini tidak
benar, kenapa kata-kata itu yang keluar” rutukku dalam hati. Aku harus
menjelaskan kepada Ayi nanti. Tapi nyatanya aku tidak sempat-sempat mejelaskan
padanya karena jadwal sekolah yang sibuk. Tapi ada kejadian yang membuat aku
dongkol setengah nyawa. Eh setengah mati.
Pagi hari setelah
kejadian sore itu aku hendak ke ruangan Ayi tapi aku melihatnya tidak
bersemangat. Sudah berjalan mendekatinya tiba-tiba tanganku ditarik oleh si
Andri menuju lapangan upacara. Aku hanya tersenyum pada Ayi. Aku lihat dia
hanya diam terpaku.
Setelah selesai upacara,
aku ingin menemui Ayi. Dari jauh aku lihat dia hendak berjalan ke kelas, tapi
dengan ekspresi tatapan kosong. Hendak melangkah aku melihat dia disenggol dari
belakang oleh seorang cowok. Aku melihatnya panas dan muak. Aku mendengar cowok
itu minta maaf tapi dengan diselingi tawa. Aku ingin sekali membuat dia meminta
maaf dengan sungguh-sungguh. Ayi memegang bahunya dengan lemah, apakah ia
sakit. Aku ingin sekali menghampirinya. Tapi tidak jadi. Aku akan bilang
padanya sepulang sekolah nanti.
Sewaktu upacara selesai.
Aku hendak menemui Ayi yang kelihatannya tidak bersemangat menalani hidup.
Lemas dan gusar. Aku ingin tahu dia kenapa. Aku melihatnya berjalan sendiri
muju kelasnya dengan tatapan kosong. Lalu aku melihat dari kejauhan ada yang
sengaja menabrak bahunya. Aku mengepalkan tanganku dan hendak menghapiri
mereka. Tapi aku ditahan oleh temanku dan menarikku ke kelas. Baiklah kali ini
kamu lolos pho. Penganggu Hubungan Orang alias orang ketiga antara aku dan dia.
Jam istirahat aku dan
Andri ke kantin. Sebenarnya aku tidak bersemangat untuk pergi kemana-mana. Melihat
Ayi yang tadi tidak bersemangat aku juga ikutan tidak bersemangat. Alhasil
dengan paksaan dari sobatku Andri yang tidak bisa kalau tidak makan. Wajar
kalau badannya sebesa gajah. Ya kami menyebutnya si gajah. Tapi dia tidak
marah, itulah sobatku. Dia tahu kami hanya bercanda dengannya.
Kantin tidak begitu jauh
dari bengkel kami, kebetulan kami ada dibengkel dan kantin berada dibelakang
bengkel TKR. Dan hanya butuh 2 menit berjalan memutar melewati bengkel TPTU.
Aku melihat tubuh belakang seseorang yang sudah aku kenal. Melangkah mendekati
kantin aku melihat Ayi sedang duduk di kursi luar kantin biasa dengan Dian. Aku
menyuruh Andri untuk duluan dan aku menghampiri Ayi. Kali ini aku akan
mengejutkanmu. Waktunya balas dendam.
“Hai Ayi tadi pagi kok
enggak pergi bareng? Aku nungguin kamu. Kata tante kamu udah pergi duuluan.”
Kataku padanya. Aku melihat Dian memuncratkan teh esnya. Aku menyeringai dan
ini pasti akan menarik.
“Iya aku pergi naik
angkot tadi” balas Ayi dengan nada lemah. Aku hendak mengatakan sesuatu, si
Andri malah memanggiku. Aku beranjak dari tempat duduk samping Ayi langsung
berjalan kearah Andri memanggil tanpa menoleh ke belakang. Kacau. Dasar Andri
tidak tahu tempat. Pertunjukkannya kan belum selesai.
“Ngapain kamu kesana Ian?
Ketemu Ayi ya? Ciyehhh..” ucap Andri menggodaku. Sudah tahu kenapa nanya lu ndo. Gerutuku dalam hati. Aku tidak
menjawabnya dan kami berlalu ke kelas.
♥♥♥
Hari-hari berlalu.
Waktunya fokus belajar mempersiapkan Ujian Nasional. Sebulan sebelum UN.
Sekolah kami sudah kedatangan perusahaan-perusahaan untuk merekrut fresh graduated untuk dipekerjakan di
perusahaan mereka. Aku tertarik untuk ikut tes PT PLN, Agung Toyota, dan PT
Seltech. Seminggu yang lalu pengumunan sudah keluar dan aku diterima di Agung
Toyota cabang Dumai. Jadi setelah lulus UN aku akan berada di Dumai.
Seminggu sebelum
pengumuman UN yang mana itu seulan lagi, kami akan mengadakan acara kemping
selama tiga hari dua malam. Kami akan berangkat ke Pantai Carocok Jum’at pagi.
Kami pergi ke luar kota dalam rangka acara tahunan dan perpisahan kelas dua
belas. Hanya ada tiga jurusan yang akan berangkat ke sana, yaitu TKR, TKJ, dan
TPTU2. Sedangkan kelas yang lain akan berangkat ke Jam Gadang dan Kebun Teh.
Akhirnya hari yang
ditunggu-tunggu telah tiba. Ujian Nasional akan diadakan selama empat hari.
Tiga hari pertama itu mata pelajaran wajib seperti Bahasa Indonesia,
Matematika, dan Bahasa Inggris. Sedangkan untuk hari terakhir addalah pelajaran
kejuruan yang mana teori. Untuk prakteknya diadakan seminggu sesudah UN. Selama
tiga hari. Dari pagi sampai sore.
Ayi dan aku tetap pergi
dan pulang bareng ke sekolah. Tapi aku kasihan dia harus menungguku setelah
ujian selesai karena sebagai ketua OSIS aku harus ikut andil menyiapkan acara
liburan kami itu. Sebelumnya aku sudah bilang padanya untuk tidak usah
menungguku. Tapi dia bersikeras. Dia bilang tidak akan bosan selama dia bersama
Dian yang juga menyesuaikan pulang dengan jam kerja ayahnya. Jadi aku sedikit
terbantu. Kalaupun aku harus mengantarnya pulang duluan, itu akan memakan waktu banyak.
Dua jam sudah aku ikut
rapat dengan guru Pembina. Selama itu juga aku terus melirik jam tanganku. Aku
cemas dengan Ayi. Pasti dia mati kebosanan menungguku. Setelah selesai aku
langsung ke parkiran mengambil motorku. Dari arah parker aku melihat Ayi sedang
duduk berdua dengan Dian di pinggir jalan dekat gerbang masuk. Untunglah sia
adda teman ngobrol. Aku melaju motorku dan mengampiri Ayi.
Aku sempat meminta maaf
dan melemparkan senyum pepsodentku padanya. Tapi dia tidak bereaksi. Dan
langsung naik ke belakangku. Aku yakin dia pasti marah besar. Tadi aku sempat
melihat Dian juga pulang dengan mobil ayahnya. Pasti dia sengaja menunggu
dengan Ayi. Memang sahabat yang baik.
Aku melaju motorku. Di
tengah perjalanan aku mencoba berbicara padanya. Karena dia tidak mendengar apa
yang aku tanyakan aku menegakkan badanku dan dia menurunkan badannya sontak
kami bersentuhan. Tasku menabrak bagian depannya. Terkejut pasti. Tapi tidak
lama setelah itu hening.
♥♥♥
Tiba waktunya kami sibbuk
dengan acara liburan perpisahan itu. Kebetulan aku sebagai ketua pelaksananya.
Si Ayi juga ikut sebagai seksi acara. Untung saja dia ikutan rapat denganku.
aku senang sekalia bisa memandangnya terus-terusan. Tapi bukan itu yang jadi
perioritas sekarang. Namun tentang orang yang yang menjadi sekretarisku nanti.
Yap dia namanya Rani. Cewek kurus, tinggi, anak passus
juga sama sepertiku, dan dia naksir aku. Walau dia tidak bilang langsung
padaku. Tapi dari sikapnya aku sudah bisa menebak. Setiap kali kami latihan dia
selalu mencoba untuk dekat denganku. Walau aku sedikit risih bila dekat dengan
wanita lain, kecuali Ayi.
Yah, temen-temenku menganggap aku pacaran dengan Rani.
Tapi nyatanya kan tidak. Jadi buat apa aku menjelaskan pada mereka. Aku tahu
pasti akan muncul gossip-gossip tentang kami. Namanya juga gossip mana ada yang
benar. Dan aku harap sih Ayi tidak termakan gossip. Perihal Shinta aku akan
berbicara padanya setelah kelulusan nanti.
Hari ini kami akan mengadakan rapat pertama untuk liburan
itu. Rapat akan berlangsung pukul 1 siang nanti. Setelah UN kami tidak belajar
seperti biasanya. Namun kami harus datang juga ke sekolah melihat pengumuman
nilai yang belum masuk atau memperbaiki nilai lain agar nanti nilainya bisa di
input. Jadi kami mengambil kesempatan itu untuk mengadakan rapat. Memang sih
kami punya waktu seminggu untuk persiapan rapat, sebelum tiu rencana ini sudah
di handle dulu oleh Pembina. jadi kami para siswa membantu hal-hal yang kecil
saja.
Baik itu perihal
peralatan camping, obat-obata, dan acara malam puncak. Nanti aka nada api
unggun yang akan digelar pada malam minggu. Untuk rapat akan kami adakan tiga
kali. Pertama membahas masalah dana, peralatan. Sedangkan rapat kedua
mecocokkan kembali data-data yang berkaitan. Dan rapat yang terakhir akan kami
adakan dengan membuat pertemuan tiga jurusan yang akan berangkat. Tidak lupa
satu hari sebelum berangkat mengecek kembali persiapan.
Di sinilah aku duduk
manis menunggu anggota rapat lainnya datang. Pukul 1 lewat 15 menit rapat
dimulai. Rapat berjalan lancar. Setelah dua jam akhirnya rapat berakhir. Sudah
didapat keputusan, namun keputusan ini belum final. Jadi aku dan sekretaris
harus lebih aktif lagi. Yang mana harus bolak balik menemui Pembina untuk
kelancaran acara esok. Semakin sering bertemu dengan Rani dan semakin jarang
bertemu Ayi.
Aku tidak sempat
memikirkan asmara dulu sebelum tugas yang lebih penting selesai. Inilah
waktunya berangkat. Alhamdulilaah persiapan sudah matang. Kami akan berangkat
Jum’at pagi. Membutuhkan waktu sekitar 13 jam. Cukup lama. Kami akan sampai di
sana malam menjelang. Di sana kami akan mendirikan tenda untuk para cowok.
Sedangkan untuk cewek akan tidur di salah satu rumah makan yang menyediakan
asrama.
Aku tidak satu bus dengan
Ayi. Pengennya sih aku dengannya. Jadi lebih banyak waktu untuk mengobrol
dengannya. Melepas kangen. Aku cemburu dengan cowok yang dekat dengannya.
Walaupun aku tidak sempat bertanya hubungan apa yang mereka miliki. Tapi aku
percaya Ayi tidak akan menghianatiku. Pernah aku melihat mereka jalan berdua
sambil bercengkrama ramah. Saling melelmparkan senyum. Aku yang baru keluar
kelas memakai baju olah raga tidak suka melihat keduanya yang berjalan melewati
kelasku. Dia sepertinya tidak melihatku yang sudah mulai mengeluarkan tanduk.
Awas mereka.
Apalagi kalau mereka di
dalam satu bus. Pasti leluasa mereka menghabiskan waktu berdua. Untungnya aku
tidak satu bus dengan Rani. Rani itu dulu pacaran dengan kakak tingkat yang
super ganteng, kata cewek-cewek yang suka gossip. Tapi mereka putus tidak
berapa lama. Lalu Rani mendekatiku.
Cowoknya yang sudah
menjadi mantan itu datang menemuiku dan berbicara dan mengatakan bahwa aku
sudah menjadi orang ketiga diantara mereka. Aku tidak terima dia bilang seperti
itu. Kami akhirnya menyelesaikan kesalahpahaman itu dengan cara cowok. No
kelahi. Tapi curhat satu sama lain. Sekarang aku bersahabat dengan abang itu.
Selama tiga hari kami
bersenang-senang, ber-happy ria.
Tidak hanya bersenang-senang, kami juga melakukan kegiatan yang positif yaitu
ikut menanam pohon mangrove di pantai yang indah itu. Ingin suatu saat nanti
balik lagi ke pantai ini tentunya dengan kekasih pujaan hati.
Kami akhirnya pulang ke
Pekanbaru. Menunggu pengumuman kelulusan. Dan aku berencana akan mengajak date Ayi sebelum aku ke Dumai. Aku akan
menghabiskan waktu dengannya. Kalau perlu aku akan mengutarakan isi hatiku yang
sebenarnya. Kita akan lihat nanti.
Lagi lagi cowok itu.
Kesal dan merasa sangat tidak terima. Pada malam api unggun, aku melihat si
Chiko murid pindahan itu memberikan bunga pada Ayi. Aku bertanya-tanya dapat
bunga dari mana anak itu. Pasti dia nyolong bunga kedai nih. Aku mencurigainya.
Ayi sempat melihat ke arahku setelah menerima bunga itu. Tapi tampangnya tidak
merasa bersalah malah tersenyum malu-malu. Oh Tuhan. Apa dia tidak tahu kalau
aku terbakar cemburu? Okay sabar Ian.
Ini salahku juga yang
tidak mengumumkan hubungan kami. Tapi buat apa cobak. Mereka cukup paham dengan melihat aku dan Ayi
yang datang dan pergi bareng ke sekolah. Tapi nampaknya harus di bilang secara
pribadi kepada orang-orang tertentu ini. Aku pasti sudah menduga si anak
pindahan itu menaruh hati pada si Ayi. Nanti akan aku pastikan langsung.
♥♥♥
Waktunya telah tiba.
Pengumuman kelulusan.
Sudah menjadi tradisi
anak SMA/SMK di Indonesia yang setiap kelulusan mencoret-coret baju seragam
mereka. Tapi kebiasan ini sudah lama ditinggalkan oleh sekolah kami. Kami lebih
memilih menyumbangkan seragam kami kepada panti asuhan atau memberikan kepada
adik kelas yang membutuhkan. Jadi sebagai gantinya, kami sekarang sudah memakai
kaos putih.
Menurut pengumunan
sekolah, kelulusan akan diadakan pukul 2 siang ini. tapi sudah hampir dua jam
kami menunggu belum juga diumumkan. Kami asik mendengar patah dua patah lebih
tepatnya ceramah panjang lebar kali tinggi dari Pak Kepsek. Silakan tebak
sendiri isi pidatonya. Setelah pengumuman diberikan melalui surat, bahwa kami
dinyatakan lulus 100%. Senangnya dalam hati.
♥♥♥
Sudah tiga hari dia
terbaring di sana. Masih belum sadarkan diri. Dengan selang infuse yang
menancap di lengan kirinya. Sebelumnya dia dibantu oleh alat pernafasan oksigen
yang menutupi mulut serta hidungnya. Kini diganti oleh selang melalui lobang
hidungnya. Terakhir dokter berkata kondisinya normal dan berlangsung pulih.
Tapi masih dalam keadaan koma. Kita harus lebih banyak bersabar dan berdoa demi
kesehatannya. Setiap malam aku selalu berdoa untuknya. Menjenguknya.
Seminggu setelah
pengumuman kelulusan itu aku harus berangkat ke Dumai. Tapi malang aku tertimpa
musibah. Malam setelah kelulusan terjadi kecelakaan lalu lintas yang menimpa
aku dan Ayi. Aku tidak mengalami banyak cidera. Tapi hatiku mengalaminya. Orang
yang ku sayang terbaring tak berdaya di ranjang itu. Aku rasanya sangat bersalah
kalau terjadi hal yang buruk padanya.
Aku akan tetap berada di
sini untuk melihat perkembangannya. Yah, orang tua Ayi tidak sepenuhnya
menyalahkanku. Mereka tahu kami adalah korban. Tapi sedihnya kenapa Ayi yang
mengalami kondisi yang lebih parah. Kenapa tidak aku saja. Sesal ku dalam hati.
Malam itu kami pulang
setelah acara kelulusan. Aku melaju dengan kecepatan sedang. Sedangkan Ayi
duduk dibelakangku. Waktu itu langit mendung dan jalanan tidak begitu ramai
oleh kendaraan. Seperti sudah firasat kalau-kalau akan terjadi sesuatu. naas
motor kami diserempet oleh mobil yang melaju dari arah samping yang menyebabkan
aku kehilangan kendali, aku sempat mengerem dan kami jatuh ke tepi jalan.
Untung saja kami jatuh di
rerumputan, tapi kepala Ayi membentur duluan ke tanah. Walaupun Ayi memakai
helm, pasti dia syok. Sedangkan aku hanya mengalamai cedera bahu. Rintik-rintik
hujan membasahi bumi. Aku berusaha tegak dan berlari kearah Ayi yang tergeletak
di tanah. Kaca depan helmnya pecah. Aku bisa melihat sorot matanya yang perlaha
mulai menutup. Aku berteriak memanggil namanya. Mobil yang menyerempet kami
tadi berhenti dan memberikan bantuan. Aku tidak akan terima mereka kalau
terjadi apa-apa dengan Ayi. Sekarang yang terpenting adalah membawa Ayi ke
rumah sakit.
Tiba di rumah sakit, Ayi
langsung dibawa ke ICU. Aku duduk lemas di di ruang tunggu. Orang yang
menyerempet kami bertanggung jawab. Setelah sedikit tenang aku menelepon orang
tuaku dan orang tua Ayi. Satu jam kemudia mereka datang ke rumah sakit. Aku
tidak heran mereka ramai sekali datangnya.
Aku langsung dihampiri
dan dipeluk oleh mamanya Ayi. Sambil menangis tersedu-sedu. Akupun ikut
menangis balas memeluknya. Aku meringis sakit di bahuku. Setelah lepas dari
pelukan aku dibawa ke ruang dokter untuk diperiksa. Aku mengalami cidera ringan
di bahu dan beberapa memar di kaki. Tapi tidak parah dan akan sembuh dalam
beberapa minggu kemudian.
Dua jam operasi
berlangsung dan sekarang Ayi masih di ruang ICU. Ayi dinyatakan koma oleh
dokter. Setelah tiga hari kondisisnya membaik dan dipindahkan ke ruang inap.
Jadi penjenguk leluasa untuk datang. Semua biaya ditanggung oleh si
penyerempet. Kami hendak membawa ini ke jalur hukum, karena pengemudi
mengendarai mobil dalam keadaan mengantuk dan lalai yang mengakibatkan
celakanya pengendara lain. Tapi ayah Ayi tidak mau ini diperpanjang.
Banyak yang berkunjung ke
rumah sakit. Mulai dari Dian dan Bayu, sobatku Andri, beberapa orang guru dan
kepala sekolah. Tetangga juga hadir. Tapi tidak dibolehkan masuk ke ruangan terlalu
ramai. Mengingat kondisi Ayi yang masih belum stabil. Si Chiko juga hadir. Dia
memberiku dukungan. Aku tahu urusanku dengannya belum berakhir.
Dia sempat berbicara
denganku perihal peribadi. Menyangkut dia dan Ayi. Sebenarnya aku tidak
tertarik untuk membicarakan itu. Tapi
dia memaksa aku harus tahu semuanya. Dia berkata bahwa dia sudah ditolak oleh
Ayi. Dan Ayi lebih memilihku ketimbang dia. Dia menyatakan perasaannya sehari
sebelum kelulusan. Aku tidak tahu harus sedih atau senang. Tapi aku harusnya
senang karena dengan begitu aku tidak harus menjelaskan kembali. Aku dan Ayi
akan bisa bersama.
Kucoba ungkap tabir ini kisah antara kau dan aku
Terpisahkan oleh ruang dan waktu menyudutkanmu
meninggalkanku
Ku merasa tlah kehilangan cintamu yg tlah lama hilang
Kau pergi jauh karena salahku yg tak pernah menganggap kamu
ada
(Kehilangan)
Ternyata kita tahu arti
diri seseorang itu setelah dia jauh dari kita.
♥♥♥
Hari ke-empat aku datang
kembali ke rumah sakit itu. Aku membawa subuket bunga calla lili dengan senyum
mengembang di bibirku Aku seakan bisa merasakan bahwa ada keajaiban yang akan
terjadi hari ini. Cidera bahuku sudah mulai tidak sakit lagi. Aku berjalan
dengan hati yang ringan. Sudah mendekati ruangan tempat Ayi dirawat. Aku
melihat mamanya berteriak memanggil suster. Apa apa yang sedang terjadi? Kataku
dalam hati. Aku masih berdiam diri di tempat aku berdiri dan menjatuhkan bunga
yang ku genggam. Tak lama dokter dan suster dengan langkah tergesa-gesa menuju
kamar itu. Sekelilingku menjadi sunyi hanya terdengar suara jantungku yang
berpacu. Jangan jangan dulu.
♥To Be Continued♥
Komentar
Posting Komentar
Life is short. There is no time to leave important words unsaid [Japanese Proverb]